December 9, 2015

December 09, 2015 - No comments

Penerapan E-Learning yang Ambigu

Penerapan E-Learning yang Ambigu
Munika Santi Saputri
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang


Abstrak
Pendidikan di Indonesia yang masih sangat tertinggal jauh dengan pendidikan di negara-negara lain membuat Indonesia harus berpikir ekstra keras untuk dapat meningkatkan kualitas dari pendidikan Indonesia sendiri. Apalagi dengan kamajuan yang pesat di bidang teknologi, mau tidak mau sekolah atau instansi pendidikan lainnya harus menggunakan sistem pembelajaran yang menggunakan teknologi pendidikan yang maju seperti sistem pendidikan yang digunakan oleh negara-negara maju lainnya. Sehingga mampu meningkatkan sumber daya manusia serta kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah menerapkan sistem E-Learning.  Sistem E-Learning ini sudah banyak diterapkan di negara-negara maju. Dalam perencanaan sistem E-Learning ini banyak sekali pihak yang mendukung penerapannya. Karena sistem pembelajaran E-Learning ini dapat memberikan banyak keuntungan bagi pendidik, peserta didik, serta masyarakat Indonesia dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan Indonesia untuk dapat bersaing di dunia Internasional. Namun dalam penerapan sistem E-Learning ini banyak mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut antara lain biaya operasional yang tinggi, infrastruktur dan teknologi yang belum memadai dan belum maju, biaya internet yang mahal, budaya pendidikan Indonesia yang belum mendukung, dan belum siapnya SDM yang dimiliki. Menimbulkan sikap hedonisme dan tidak mau bersosialisai. Dalam mengatasi kendala yang ditimbulkan penerapan E-Learning maka pemerintah seharusnya mau menyediakan dana untuk penyediaan infrastruktur serta peningkatan teknologi maupun sistem pendidikan nasional Indonesia. Pendidik dan peserta didik meningkatkan kemampuan mereka dalam penguasaan di bidang IT, dan mengoptimalkan interaktivitas face to face dengan sistem Blended Learning.

Kata Kunci : E-Learning, sistem E-Learning, Pendidikan Indonesia

Pendahuluan
Saat ini dibutuhkan suatu metode atau media yang mampu mengubah pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih maju dan akan menyetarakan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di dunia internasional. Pendidikan di Indonesia saat ini masih tertinggal jauh dengan pendidikan di negara-negara maju lainnya. Kemajuan teknologi juga menjadi salah satu faktor dari kemajuan pendidikan di dunia lain. Apabila negara Indonesia tidak segera mengambil tindakan cepat, maka Indonesia akan dapat menjadi negara yang tidak mampu menjadi negara maju. Bukan hanya kalah saing di bidang pendidikan saja, tetapi bisa juga kalah di bidang budaya, politik, dan ekonomi. Kondisi pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menyebabkan ketertinggalan pendidikan Indonesia, mulai dari keterpencilan, keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, hingga ketidakmerataan penyebaran guru yang mumpuni (www.kompas.com., 2013). Hal ini lah yang mengharuskan Indonesia menetapkan sebuah metode atau media pembelajaran yang baru, yaitu dengan menggunakan sistem E-Learning.
            E-Learning terdiri dari dua suku kata yaitu “Electronic” dan “Learning”. Sistem E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan atau memanfaatkan teknologi komputer, jaringan dan internet (id.wikipedia.org., 2014). Selain itu Heri Tjahjono (2005) juga menyebutkan beberapa definisinya tentang E-Learning bahwa :
            E-Learning adalah suatu sistem pembelajaran masa depan yang dirancang secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi modern berupa seperangkat komputer yang dilengkapi dengan jaringan komputer atau internet. E-Learning adalah suatu aternatif baru model pembelajaran, yang menggabungkan aspek pengajaran (aspek edukatif) dengan aplikasi teknologi informasi. E-Learning adalah suatu system pembelajaran yang dapat dilaksanakan secara formal maupun informal dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang sudah dilengkapi dengan multimedia, CD room / CD drive yang dihubungkan jaringan / internet atau intranet.
Sistem E-Learning atau yang biasa disebut dengan pembelajaran elektronik merupakan sebuah metode yang sangat bermanfaat dan efektif serta efisien dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pun dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja melalui komputer tanpa harus secara fisik mengikuti pelajaran di dalam kelas. Sebelum istilah E-Learning muncul, banyak istilah yang telah muncul terlebih dahulu untuk menggambarkan pembelajaran jarak jauh, mulai dari pembelajaran jarak jauh (open distance learning), pembelajaran berbasis web (web based training), pembelajaran berbasis komputer (computer based training), pembelajaran berbasis teknologi (technology based training), dan pembelajaran secara online (online learning) (wahyupur.wordpress.com., 2009).
Sitem E-Learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Campaign. Pada saat itu E-Learning menggunakan sistem berbasis komputer (computer assisted instruction) dan komputer bernama PLATO (Santoso, 2013). Sejak saat itu E-Learning mengalami perkembangan yang semakin maju. Tahun 1990 E-Learning menggunakan sistem CBT atau Computer Based Training, dimana banyak bermunculan aplikasi E-Learning dalam bentuk CD-ROM. Sedangkan untuk isi dari materi yang diberikan berupa tulisan maupun dalam bentuk multimedia (audio dan video) dengan format mpeg-1, mov, atau avi. Sistem E-Learning dengan berbasis CBT ini mendapatkan respon positif dari masyarakat. Maka di tahun 1994, CBT mulai dikembangkan lagi dan muncul dalam paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.  
            Seiring dengan perkembangan teknologi internet, tahun 1997 masyarakat di dunia sudah mulai mengenal dengan internet (wahyupur.wordpress.com., 2009). Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah suatu halangan lagi bagi masyarakat. Dari sinilah E-Learning muncul kembali dengan sistem yang lebih maju yaitu dengan sistem LMS. Tidak jauh berbeda dengan CBT, LMS juga mendapat respon positif dari masyarakat. Selain mendapat respon yang positif, LMS juga megalami perkembangan yang pesat. Melihat kemajuan positif dari setiap sistem yang dikeluarkan oleh E-Learning maka di tahun 1999 diluncurkan kembali sistem baru yaitu dikembangkannya aplikasi berbasis web. Perkembangan LMS menuju aplikasi E-Learning berbasis web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar yang mengajarnya (id.wikipedi.org., 2014).
Penerapan E-Learning akan menjadi batu loncatan untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan di Indonesia. Penerapan sistem E-Learning sendiri sebenarnya tidah hanya ditujukan untuk peserta didik di perguruan tinggi saja (mahasiswa) tetapi juga untuk peserta didik dari tingkat SD, SMP dan SMA/SMK. E-Learning di tingkat sekolah dasar akan memberikan kemampuan siswa lebih mumpuni lagi sehingga ketika siswa SD mulai memasuki jenjang SMP maupun SMA mereka tidak akan merasa asing atau merasa tidak bisa dengan sistem E-Learning karena mereka sudah melaksanakannya di tingkat sekolah dasar. Apalagi jika kita melihat perkembangan teknologi saat ini, tidak ada seorang anak pun yang tidak bisa menggunakan gadget-gadget yang tersebar luas di pasaran.
Tujuan dari penerapan sistem E-Learning adalah untuk memudahkan dalam kegiatan belajar mengajar baik di tingkat SD, SMP, SMA/SMK, maupun di tingkat perguruan tinggi. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu dalam kegiatan pembelajaran. Disebutkan juga didalam Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 tentang (www.tempo.co.id., 2004) :
Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 31 menyatakan bahwa : a. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular; b. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan; c. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan; d. Bentuk pendidikan jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio, audio/video, TV dan/atau berbasis jaringan komputer.
Sedangkan untuk fungsinya sendiri, E-Learning dibagi menjadi 3 fungsi (1) sebagai suplemen, (2) sebagai pelengkap, dan (3) sebagai pengganti. E-Learning sebagai suplemen berarti E-Learning memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menggunakan atau memanfaatkan pembelajaran elektronik atau tidak dan dalam hal ini tidak ada kewajiban sama sekali. Namun, bagi peserta didik yang memanfaatkannya akan mempunyai tambahan pengetahuan atau wawasan. E-Learning sebagai pelengkap berfungsi untuk melengkapi materi yang diberikan kepada peserta didik di dalam kelas. Memberikan materi-materi remedial atau materi pengayaan kepada peserta didik. Dengan tujuan agar peserta didik lebih mudah dalam menguasai materi-materi yang diberikan oleh pendidik. E-Learning sebagai pengganti berarti pihak sekolah ataupun kampus memberikan pilihan alternatif model pembelajaran atau perkuliahan kepada peserta didik (izzahamdani.wordpress.com., 2013).
Sehingga pembelajaran elektronik memberikan banyak sekali manfaat kepada penggunanya, bukan hanya untuk peserta didik tetapi juga untuk pendidik. Manfaat yang nampak jelas adalah menghemat waktu, karena waktu pembelajaran dapat dilakukan kapan saja, sesuai kesepakatan antara peserta didik dengan pendidik. Selanjutnya menghemat biaya pembelajaran. Peserta tidak perlu membeli buku ataupun mengeluarkan biaya untuk mengikuti pembelajaran, karena mereka dapat melakukannya dari rumah masing-masing dan untuk buku ataupun materi, mereka bisa mendownloadnya melalui internet atau melalui laman yang telah disediakan oleh sekolah atau universitas. Pembelajaran elektronik juga memungkinkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang mencakup wilayah yang luas. Jadi pembelajaran tidak hanya terjadi di sebuah ruangan atau di satu daerah saja, tetapi bisa saja terjadi antar pulau bahkan negara. Selain itu, E-Learning juga akan menjadikan peserta didik lebih aktif. Hal ini dikarenakan peserta didik harus mampu membawa dirinya untuk mampu belajar mandiri. Serta materi yang telah dibuat oleh pendidik baik guru maupun dosen dapat didistribusikan secara online dengan jaringan internet dan materi yang telah dibuat tadi dapat dikemas lebih baik dan lebih berstandart sesuai dengan standart pendidikan nasional Indonesia (Tjahjono, 2005).
Di balik kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh sistem E-Learning, timbul dampak negatif yang dapat mengubah sikap dari para peserta didik. Sikap hedonisme dan sikap tidak mau bersosialisasi dengan teman-teman serta lingkungannya. Peserta didik juga menjadi kecanduan dengan gadget dan internet. Meskipun begitu E-Learning harus tetap diterapkan di Indonesia. Namun dalam pencanangan sistem E-Learning, Indonesia mengalami banyak kendala.  Mulai dari biaya sampai sumber daya manusia  di Indonesia yang belum mumpuni.

Kendala Penerapan Sistem E-Learning
            Dorongan penerapan sistem E-Learning di Indonesia dikarenakan banyak faktor mulai dari keterpencilan, biaya, keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, serta penyebaran yang tidak merata guru-guru yang mumpuni terutama di bidang IT (www.kompas.com., 2013). Meskipun implementasi sistem pembelajaran elektronik penting untuk dilaksanakan melihat kondisi pendidikan Indonesia yang sangat miris, kita juga harus memperhatikan kemampuan masyarakat atau instansi yang akan menerapkan sistem tersebut. Mampukah mereka menerapkan sistem tersebut, bukan hanya kesanggupan dalam menjawab tetapi kenyataan riilnya. Bila kita telaah lebih jauh maka sistem E-Learning dalam penerapannya akan memakan biaya yang sangat banyak. Misalnya untuk melakukan pembelian perangkat komputer lengkap dengan jaringannya dan pembelian software yang berlisensi serta perangkat-perangkat lain yang mendukung penerapan sistem E-Learning (Tjahjono, 2005). Biaya yang banyak tersebutlah yang akan menghambat penerapan sistem E-Learning di Indonesia. Biaya operasional yang banyak terkadang membuat seseorang atau instansi berpikir dua kali untuk melakukan atau menerapkan sistem E-Learning tersebut.
            Bukan hanya biaya operasional saja yang menghambat penerapan E-Learning di Indonesia, tetapi juga budaya. Budaya pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Contoh konkritnya adalah siswa ataupun mahasiswa sekalipun masih menunggu perintah dari guru atau dosennya untuk belajar dan mempelajari kembali dari materi-materi yang telah disampaikan di dalam kelas, kurangnya inisiatif dari para peserta didik untuk mengembangkan daya pikir mereka serta kreatifitas mereka dalam pendidikan, mindset mereka hanyalah yang penting lulus dan dapat ijazah (Tjahjono, 2005).
            Faktor penghambat lain dalam penerapan E-Learning adalah mengenai teknologi dan infrastruktur di Indonesia. Kita tahu bahwa di Indonesia belum memiliki teknologi yang secanggih negara-negara lain di dunia. Apalagi dalam pengadaan infrastruktur untuk menerapkan E-Learning. Bisa dikatakan bahwa teknologi negara Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju yang lain. Dalam penerapan E-Learning sendiri diperlukan banyak perangkat pendukung seperti komputer, internet yang lancar, LCD, dan teknologi lain yang tepat serta teknologi dan insfratruktur yang mendukung penerapan E-Learning itu sendiri. Sementara instansi pendidikan yang diharuskan menerapkan pembelajaran elektronik sampai saat ini teknologi dan infrastruktur yang dimiliki sama sekali belum memadai (www.insancreative.com., 2013).
            Mungkin untuk masalah atau penghambat yang satu ini sudah teramat sering dijumpai oleh masyarakat Indonesia, yaitu mengenai biaya internet yang mahal (www.insancreative.com., 2013). Dengan biaya internet yang mahal bisa dipastikan bahwa tidak sedikit orang yang akan mau mengeluarkan biaya mahal untuk pemasangan internet. Mereka pasti memilih untuk mempergunakan uang mereka untuk membiayai kebutuhan mereka yang lain yang jauh lebih penting. Masih banyak juga masyarakat yang berpikir bahwa internet tidak memiliki manfaat yang penting bagi mereka. Hal yang lebih parah adalah karena biaya internet masih mahal maka banyak instansi pendidikan yang belum memasang area hotspot/wifi. Memang benar sebagian instansi pendidikan sudah memasang wifi, namun dalam kenyataannya para peserta didik yang menggunakan fasilitas tersebut merasa belum puas. Karena pengoperasian dari wifi sendiri belum maksimal. Sedangkan hal tersebut merupakan salah satu penunjang terlaksananya program E-Learning.
Penghambat terlaksananya program E-Learning yang lain adalah belum siapnya SDM yang dimiliki oleh negara Indonesia (www.insancreative.com., 2013). Masih banyak pendidik yang masih awam dengan program E-Learning terutama pendidik yang lama. Apalagi para pendidik lama tersebut sebagian besar masih kurang penguasaannya di bidang teknologi komputer Mereka perlu mendapatkan bimbingan dari seseorang yang ahli di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Maka dari itu pelatihan dan bimbingan mengenai teknologi serta pembelajaran berbasis E-Learning perlu dilaksanakan secara intensif dan kontinyu.
Apabila penulis analisis lebih jauh lagi, bukan hanya para pendidik saja yang perlu diberikan bimbingan, pelatihan dan penerangan mengenai teknologi dan elektronik. Tetapi lebih jauh lagi  kita arahkan kepada peserta didik. Banyak hal yang menyebabkan para peserta didik belum mampu untuk menguasai bidang teknologi komputer dan barang-barang elektronik yang berhubungan dengan hal itu. Salah satunya adalah wilayah tempat tinggal dari masing-masing peserta didik yang berbeda-beda. Apalagi jika wilayah tersebut termasuk wilayah pedalaman yang terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan internet. Selain itu masalah latar belakang ekonomi keluarga yang belum mampu menyediakan fasilitas dalam implementasi pembelajaran E-Learning.



Meningkatkan Infrastruktur dan Teknologi
            Berdasarkan berbagai permasalahan yang dapat menghambat dan bahkan dapat menggagalkan pelaksanaan program E-Learning yang telah dipaparkan di atas, maka hal yang perlu dilakukan untuk mensukseskan penerapan program E-Learning adalah dengan meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur dan teknologi yang ada di Indonesia, terutama infrastruktur dan teknologi yang ada di instansi pendidikan yang akan menerapkan program E-Learning tersebut. Membangun suatu teknologi informasi yang handal dimana cakupan dari teknologi tersebut dapat sampai ke seluruh pelosok negeri. Tidak lupa sistem software yang telah diciptakan tersebut dikembangkan lagi sehingga akan mampu melayani semua interaksi dalam proses pembelajaran (www.kompas.com., 2013).
            Penerapan E-Learning membutuhkan banyak sekali infrastruktur pendukung seperti komputer, internet, LCD, dan alat-alat lain yang mampu mendukung terlaksananya program E-Learning. Pengadaan infrastruktur penunjang tersebut pastinya akan membutuhkan biaya yang sangat banyak. Maka dari itu pemerintah seharusnya menyediakan dana untuk pengadaan infrastruktur penunjang yang dibutuhkan tersebut. Sehingga instansi pendidikan tidak merasa sangat terbebani dengan biaya yang begitu besar. Dengan adanya anggaran dana yang besar yang disediakan oleh pemerintah untuk pendidikan maka akan menimbulkan timbal balik yang baik pula untuk Indonesia. Semakin banyak anggaran untuk pendidikan maka semakin banyak pula sarana dan prasarana pendidikan yang akan membuat semakin tinggi pula kualitas pendidikan di Indonesia.

Meminimalkan Biaya Internet
            Tidak sedikit orang yang tidak mau menggunakan dan memanfaatkan program E-Learning karena masalah biaya yang mahal. Mereka akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan biaya yang semahal itu. Melihat biaya penggunaan internet yang mahal seharusnya pemerintah mengadakan kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi di Indonesia untuk menyediakan layanan internet yang murah, khususnya untuk bidang pendidikan. Perusahaan telekomunikasi bisa menyediakan paket-paket internet yang murah sehingga mampu dijangkau oleh semua kalangan terutama kalangan dengan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu memasang area hotspot atau wifi di sekolah-sekolah atau instansi pendidikan lainnya.
Perusahaan telekomunikasi tidak akan mengalami kerugian apabila mereka memberikan biaya yang murah dalam penggunaan internet. Justru dengan biaya yang murah tersebut masyarakat akan semakin banyak dalam menggunakan dan memanfaatkan layanan internet. Banyak masyarakat yang memakai otomatis keuntungan yang di dapat oleh perusahaan telekomunikasi juga semakin besar, daripada memberikan biaya yang banyak namun sedikit pemakainya. Denga biaya yang murah, ketersediaan wifi atau hotspot serta jaringan yang lancar maka setidaknya sudah cukup membantu dalam penerapan sistem E-Learning.

Peningkatan Pendidik dan Peserta Didik
            Kendala lain dalam penerapan E-Learning di Indonesia adalah sumber daya manusia yang masih kurang kemampuannya dalam teknologi komputer dan memahami benar bagaimana sistem E-Learning tersebut. Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah pendidik dan peserta didik, kedua hal tersebut merupakan komponen utama dalam penerapan sistem E-Learning maka dari itu perlu peningkatan kualitas baik dari pendidik maupun peserta didik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka, dapat dimulai dengan diadakannya sosialisasi tentang pendidikan berbasis E-Learning di sekolah-sekolah atau instansi pendidikan yang lain. Tujuannya adalah agar dua komponen tersebut memahami benar apa itu E-Learning, manfaat yang diperoleh dari pendidikan yang berbasis E-Learning dan tentunya apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan sistem tersebut. Jika kedua komponen tersebut telah mengetahui hal tersebut maka ketika mereka akan melaksanakan tidak akan bertanya-tanya lagi apa itu E-Learning dan bagaimana pelaksanaannya. Hal ini dingkapkan pula oleh Budiyono, Heri Triluqman BS, dan Rafika Bayu K. (2008) bahwa :
Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran online dengan (1) memberikan keterampilan pengembangan dan pengelolaan sistem pembelajaran online kepada guru sebagai bekal untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran online, (2) melakukan pendampingan dan pembimbingan kepada guru untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran online.
            Peningkatan SDM dari segi pengajar atau pendidik dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dalam bidang IT, agar mereka lebih menguasai teknologi informasi dan komunikasi dan penerapannya. Masih banyak pendidik yang masih gagap teknologi terutama pendidik lama, meskipun sudah mengenal namun untuk melaksanakannya mereka masih enggan karena merasa sudah terlalu tua untuk belajar lagi. Selain memberikan pelatihan, pengajar atau pendidik juga perlu dilatih kekreatifitasannya dalam menyampaikan dan mengembangkan materi-materi yang bersifat E-Learning. Pendidik tidak hanya menerima jadi materi kemudian disampaikan kepada peserta didik, namun juga harus mampu membuat materi pembelajaran sendiri dengan menggunakan teknologi komputer bukan hanya dalam bentuk buku print out. Setelah itu dalam penyampaian materi, pendidik juga harus mampu menyampaikannya dengan menggunakan alat elektronik seperti komputer, laptop, internet, LCD Proyektor dan menggunakan aplikasi presentasi. Sehingga akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih menarik.
            Sedangkan untuk meningkatan penguasaan peserta didik dalam melaksanakan program E-Learning, mereka juga harus membiasakan diri mereka untuk mampu belajar mandiri dengan menggunakan teknologi atau sarana dan prasarana yang sudah ada seperti komputer, laptop, internet, LCD, dan lain-lain. Diharapkan dengan kemandirian mereka dalam belajar secara tidak langsung akan meningkatkan keterampilan dan kekreatifitasan mereka. Selain itu peserta didik juga dituntut untuk dapat memperoleh informasi yang up to date dengan sendirinya tanpa harus mendapatkannya dari pengajarnya. Sehingga peranan pendidik akan berkurang, meskipun begitu pendidik harus mampu mengontrol dan mengawasi proses belajar peserta didiknya apakah mengalami peningkatan atau justru penurunan dalam prestasi. Maka dari itu antara peserta didik dan pendidik harus terjalin komunikasi. Tidak ada alasan yang membernarkan bahwa akan sulit melakukan komunikasi tersebut. Sekarang zaman semakin maju apalagi dalam bidang komunikasi. Interaksi antara pendidik dan peserta didik ini dapat dilakukan melalui email, sms, chatting, social media seperti Facebook, Twitter, dan masih banyak lagi.

Pengoptimalan interaksi Face to Face
            Sebuah interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya terjadi antara pendidik dan peserta didik saja, tetapi juga antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Untuk dapat menumbuhkan interaksi antara peserta didik dalam kegiatan pembelajaran khususnya E-Learning, kita harus memberikan motivasi untuk mampu belajar secara mandiri dari dalam peserta didik itu sendiri. Karena tanpa motivasi dari diri peserta didik sendiri maka tidak akan berjalan secara optimal. Dalam sistem pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk mampu belajar mandiri, proaktif, dan aktif, maka dari itu sebagai pendidik selain memberikan motivasi secara umum pendidik juga dituntut untuk mampu menumbuhkan motivasi dari peserta didik sendiri. Sehingga peserta didik akan merasa bahwa sistem pembelajaran E-Learning yang diterapkan menyenangkan dalam kegiatan belajar mereka.
            Interaksi tatap muka (face to face) tidak hanya terjadi di dalam kelas nyata (real classroom) saja melainkan dapat pula terjadi pada kelas maya (virtual classroom). Contoh dari interaksi tatap muka pada kelas maya adalah Synchronous dan Asynchronous. Synchronous adalah interaksi dimana seorang pendidik dan peserta didik melakukan interaksi yang berada dalam ruang dan waktu yang sama, sedangkan Asynchronous adalah interaksi dimana pendidik dan peserta didik tidak berada dalam ruang dan waktu yang sama. Meskipun demikian proses belajar dan mengajar tetap dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih efisien dan efektif serta menarik, dapat digunakan sistem Blended Learning.
            Blended Learning adalah proses pembelajaran yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara sistem pembelajaran tatap muka (face to face) dengan sistem pembelajaran berbasis komputer. (id.wikibooks.org., 2013). Blended Learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran dan juga memberikan kemudahan untuk melakukan diskusi di dunia maya serta Blended Learning juga menawarkan kemudahan dalam memberikan umpan balik kepada peserta didik yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis web. Contoh dari sistem Blended Learning adalah video conference. Dengan adanya pembelajaran berbasis web, peserta didik dapat mempublikasikan karyanya ke dalam web tersebut. Selain dengan Blended Learning, untuk dapat mengoptimalkan sistem face to face para pendidik juga harus menerapkan sistem belajar yang didalamnya dibutuhkan kerjasama dan diskusi antar peserta didik yaitu dengan Learning Together Diskusi Kelompok dan Proyek Kelompok (Slavin, 2009).
Apabila kita kembali pada tujuan pendidikan sendiri, maka yang menjadi tujuan utama dari kegiatan pembelajaran adalah bukan hanya mendapatkan ilmu dan nilai, tetapi lebih untuk melatih kita mampu berinteraksi dan bersosialisai dengan orang lain di lingkungan kita. Kita mampu berkomunikasi dengan mereka serta melakukan diskusi bersama-sama. H. Soedijarto mengatakan bahwa :
Untuk itu Komisi Internasional Unesco untuk memasuki abad ke-21 merekomendasikan empat pilar belajar yaitu (1) learning to know; (2) learning to do; (3) learning to live together; (4) learning to be.
Dapat disimpulkan bahwa belajar  adalah untuk hidup bersama dengan orang lain, bukan hanya hidup secara individual. Kembali kepada sistem E-Learning tadi, kenapa sistem tatap muka (face to face) dan sistem Blended Learning perlu dilakukan karena untuk tetap menjaga kewajiban manusia yang hidup sebagai manusia sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan bantuan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Dengan meningkatnya aspek interaksi dalam proses pembelajaran ini, maka akan mengoptimalkan semua aspek interaktivitas dalam proses pembelajaran E-Learning ini.

Penutup
            Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan secara panjang lebar dia atas tadi diharapkan pemerintah maupun instansi pendidikan dapat segera mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Apakah akan tetap melanjutkan penerapan E-Learning atau tidak. Bukan hanya dari pemerintah dan instansi pendidikan, namun dari sumber daya manusia sendiri yaitu pendidik dan peserta didik juga harus ikut andil dalam keputusan tersebut. Jika mereka semua menginginkan tetap terlaksananya penerapan E-Learning maka mereka harus bergotong royong saling mendukung satu sama lain agar terlaksanya sistem E-Learning. Karena sistem E-Learning ini akan dapat memberikan keuntungan yang banyak bagi seluruh masyarakat Indonesia.
            Pemerintah Indonesia harus mau menyediakan dana untuk menunjang peningkatan pendidikan di Indonesia baik, meningkatkan sistem pendidikan Indonesia yang mampu bersaing di kancah internasional, memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesia, meningkatkan infrastruktur dan teknologi yang mampu mendukung penerapan sistem E-Learning. Sedangkan sekolah-sekolah atau instansi pendidikan lainnya juga harus memperbaiki sarana dan prasaran serta infrastruktur yang dirasa masih kurang untuk menunjang sistem E-Learning. Tidak lupa juga meningkatkan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.
            Bagi pendidik dan peserta didik harus meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan di bidang IT. Kedua komponen ini harus mampu berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi. Karena kedua komponen ini, pendidik dan peserta didik adalah komponen yang penting dalam penerapan sistem E-Learning.     Tanpa adanya kemampuan yang mumpuni dari mereka, maka apalah jadinya sistem E-Learning. Selain itu peningkatan dalam interaktivitas face to face antara pendidik dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik yang lain.


Referensi
Bacon, A. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Cetakan III. Terjemahan Lita. Bandung: Nusa Media.
Budiyono, Santoso, H.T.B., & Kusumandari, R.B. (2008). Pelatihan Pengelolaan Pembelajaran Online (e-learning) bagi Guru SMP se-Kota Semarang. Semarang: FIP-UNNES.
Hamdani, I. (2013). E-learning.  Diunduh dari http://izzahamdani.wordpress.com/tag/sejarah-e-learning/, pada 9 oktober 2014.
Kompas. (2013). Boediono Dorong Penerapan “E-Learning”. Diunduh dari http://edukasi.kompas.com/read/2013/09/03/1256460/Boediono.Dorong.Penerapan.E-Learning, pada 6 Oktober 2014.
Kompas. (2010). “E-Learning” dan Erupsi Merapi. Diunduh dari http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/18/10515120/.E-Learning.dan.Erupsi.Merapi, pada tannggal 6 Oktober 2014.
Kompasiana. (2013). Rizki Zulfitri : E-learning : Guru, Siswa, dan Teknologi. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/18/e-learning-antara-guru-siswa-teknologi-620427.html, pada tanggal 6 Oktober 2014.
Nurmalasari, E. (2013). Tipe-Tipe E-Learning. Diunduh dari http://evynurmala-network.blogspot.com/2013/05/tipe-tipe-e-learning.html, pada tanggal 11 Oktober 2014.
Purnomo, W. (2009). Perkembangan E-Learning di Indonesia. Diunduh dari http://wahyupur.wordpress.com/2009/10/19/perkembangan-e-learning-di-indonesia/, pada11 Oktober 2014.
Santoso, H.T.B. (2013). Pengembangan E-Learning. Yogyakarta: Deepublish.
Soedijarto, H. (2007). Pendidikan yang “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia”. Jakarta: Kompas.
Tempo. (2004). UU RI No.20 Thn.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diunduh dari http://tempo.co.id/hg/peraturan/2004/03/31/prn,20040331-09.id.html, pada tanggal 6 Oktober 2014.
Tjahjono, H. (2005). E-Learning dengan E-Book Sebagai Alternatif Pembelajaran dan Permasalahannya. Prosiding Seminar Nasional e-Learning 2005. Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang.
Wahid, Z.A. (2013). Permasalah Seputar E-Learning. Diunduh dari http://www.insancreative.com/2013/12/permasalahan-seputar-e-learning.html, pada 6 Oktober 2014.
Wikibuku. (2014). Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Diunduh dari http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning, pada tanggal 6 Oktober 2014 .
Wikipedia. (2014). Pembelajaran Elektronik. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik, pada tanggal 6 Oktober 2014.



0 comments:

Post a Comment