December 09, 2015 -
My Task
No comments


Penerapan E-Learning yang Ambigu
Penerapan E-Learning yang Ambigu
Munika Santi Saputri
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang
Abstrak
Pendidikan di Indonesia yang masih sangat tertinggal jauh dengan
pendidikan di negara-negara lain membuat Indonesia harus berpikir ekstra keras
untuk dapat meningkatkan kualitas dari pendidikan Indonesia sendiri. Apalagi
dengan kamajuan yang pesat di bidang teknologi, mau tidak mau sekolah atau instansi
pendidikan lainnya harus menggunakan sistem pembelajaran yang menggunakan
teknologi pendidikan yang maju seperti sistem pendidikan yang digunakan oleh
negara-negara maju lainnya. Sehingga mampu meningkatkan sumber daya manusia
serta kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah menerapkan sistem E-Learning. Sistem E-Learning
ini sudah banyak diterapkan di negara-negara maju. Dalam perencanaan sistem E-Learning ini banyak sekali pihak yang
mendukung penerapannya. Karena sistem pembelajaran E-Learning ini dapat memberikan banyak keuntungan bagi pendidik,
peserta didik, serta masyarakat Indonesia dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan Indonesia untuk dapat bersaing di dunia Internasional. Namun dalam
penerapan sistem E-Learning ini
banyak mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut antara lain biaya
operasional yang tinggi, infrastruktur dan teknologi yang belum memadai dan
belum maju, biaya internet yang mahal, budaya pendidikan Indonesia yang belum
mendukung, dan belum siapnya SDM yang dimiliki. Menimbulkan sikap hedonisme dan
tidak mau bersosialisai. Dalam mengatasi kendala yang ditimbulkan penerapan E-Learning maka pemerintah seharusnya
mau menyediakan dana untuk penyediaan infrastruktur serta peningkatan teknologi
maupun sistem pendidikan nasional Indonesia. Pendidik dan peserta didik
meningkatkan kemampuan mereka dalam penguasaan di bidang IT, dan mengoptimalkan
interaktivitas face to face dengan
sistem Blended Learning.
Kata
Kunci : E-Learning, sistem E-Learning, Pendidikan Indonesia
Pendahuluan
Saat ini dibutuhkan suatu metode atau media yang mampu mengubah
pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih maju dan akan menyetarakan
pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di dunia internasional. Pendidikan di
Indonesia saat ini masih tertinggal jauh dengan pendidikan di negara-negara
maju lainnya. Kemajuan teknologi juga menjadi salah satu faktor dari kemajuan
pendidikan di dunia lain. Apabila negara Indonesia tidak segera mengambil
tindakan cepat, maka Indonesia akan dapat menjadi negara yang tidak mampu
menjadi negara maju. Bukan hanya kalah saing di bidang pendidikan saja, tetapi
bisa juga kalah di bidang budaya, politik, dan ekonomi. Kondisi pendidikan di
Indonesia masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menyebabkan
ketertinggalan pendidikan Indonesia, mulai dari keterpencilan, keterbatasan
sarana dan prasarana pendidikan, hingga ketidakmerataan penyebaran guru yang
mumpuni (www.kompas.com., 2013). Hal ini
lah yang mengharuskan Indonesia menetapkan sebuah metode atau media
pembelajaran yang baru, yaitu dengan menggunakan sistem E-Learning.
E-Learning terdiri dari dua suku kata
yaitu “Electronic” dan “Learning”. Sistem E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan
atau memanfaatkan teknologi komputer, jaringan dan internet (id.wikipedia.org.,
2014). Selain itu Heri Tjahjono (2005) juga menyebutkan beberapa definisinya
tentang E-Learning bahwa :
E-Learning adalah suatu sistem pembelajaran
masa depan yang dirancang secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi
modern berupa seperangkat komputer yang dilengkapi dengan jaringan komputer
atau internet. E-Learning adalah
suatu aternatif baru model pembelajaran, yang menggabungkan aspek pengajaran
(aspek edukatif) dengan aplikasi teknologi informasi. E-Learning adalah suatu system pembelajaran yang dapat dilaksanakan
secara formal maupun informal dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang
sudah dilengkapi dengan multimedia, CD room / CD drive yang dihubungkan jaringan
/ internet atau intranet.
Sistem E-Learning
atau yang biasa disebut dengan pembelajaran elektronik merupakan sebuah
metode yang sangat bermanfaat dan efektif serta efisien dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pun dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja melalui komputer tanpa harus secara fisik mengikuti pelajaran di dalam
kelas. Sebelum istilah E-Learning
muncul, banyak istilah yang telah muncul terlebih dahulu untuk menggambarkan
pembelajaran jarak jauh, mulai dari pembelajaran jarak jauh (open distance learning), pembelajaran
berbasis web (web based training),
pembelajaran berbasis komputer (computer
based training), pembelajaran berbasis teknologi (technology based training), dan pembelajaran secara online (online learning)
(wahyupur.wordpress.com., 2009).
Sitem E-Learning
pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Campaign. Pada
saat itu E-Learning menggunakan
sistem berbasis komputer (computer
assisted instruction) dan komputer bernama PLATO (Santoso, 2013). Sejak
saat itu E-Learning mengalami
perkembangan yang semakin maju. Tahun 1990 E-Learning
menggunakan sistem CBT atau Computer
Based Training, dimana banyak bermunculan aplikasi E-Learning dalam bentuk CD-ROM. Sedangkan untuk isi dari materi
yang diberikan berupa tulisan maupun dalam bentuk multimedia (audio dan video)
dengan format mpeg-1, mov, atau avi. Sistem E-Learning
dengan berbasis CBT ini mendapatkan respon positif dari masyarakat. Maka di
tahun 1994, CBT mulai dikembangkan lagi dan muncul dalam paket-paket yang lebih
menarik dan diproduksi secara masal.
Seiring dengan
perkembangan teknologi internet, tahun 1997 masyarakat di dunia sudah mulai
mengenal dengan internet (wahyupur.wordpress.com., 2009). Kebutuhan akan
informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan
mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah suatu halangan lagi bagi masyarakat.
Dari sinilah E-Learning muncul
kembali dengan sistem yang lebih maju yaitu dengan sistem LMS. Tidak jauh
berbeda dengan CBT, LMS juga mendapat respon positif dari masyarakat. Selain
mendapat respon yang positif, LMS juga megalami perkembangan yang pesat.
Melihat kemajuan positif dari setiap sistem yang dikeluarkan oleh E-Learning maka di tahun 1999
diluncurkan kembali sistem baru yaitu dikembangkannya aplikasi berbasis web.
Perkembangan LMS menuju aplikasi E-Learning
berbasis web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar
yang mengajarnya (id.wikipedi.org., 2014).
Penerapan E-Learning
akan menjadi batu loncatan untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan di
Indonesia. Penerapan sistem E-Learning
sendiri sebenarnya tidah hanya ditujukan untuk peserta didik di perguruan
tinggi saja (mahasiswa) tetapi juga untuk peserta didik dari tingkat SD, SMP
dan SMA/SMK. E-Learning di tingkat
sekolah dasar akan memberikan kemampuan siswa lebih mumpuni lagi sehingga
ketika siswa SD mulai memasuki jenjang SMP maupun SMA mereka tidak akan merasa
asing atau merasa tidak bisa dengan sistem E-Learning
karena mereka sudah melaksanakannya di tingkat sekolah dasar. Apalagi jika kita
melihat perkembangan teknologi saat ini, tidak ada seorang anak pun yang tidak
bisa menggunakan gadget-gadget yang
tersebar luas di pasaran.
Tujuan dari penerapan sistem E-Learning adalah untuk memudahkan dalam
kegiatan belajar mengajar baik di tingkat SD, SMP, SMA/SMK, maupun di tingkat
perguruan tinggi. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu dalam kegiatan
pembelajaran. Disebutkan juga didalam Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 tentang
(www.tempo.co.id., 2004) :
Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 31 menyatakan bahwa : a. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan
layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau regular; b. Pendidikan jarak jauh
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan; c. Pendidikan
jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin
mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan; d. Bentuk pendidikan
jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio,
audio/video, TV dan/atau berbasis jaringan komputer.
Sedangkan untuk fungsinya sendiri, E-Learning dibagi menjadi 3 fungsi (1)
sebagai suplemen, (2) sebagai pelengkap, dan (3) sebagai pengganti. E-Learning sebagai suplemen berarti E-Learning memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk menggunakan atau memanfaatkan pembelajaran elektronik atau
tidak dan dalam hal ini tidak ada kewajiban sama sekali. Namun, bagi peserta
didik yang memanfaatkannya akan mempunyai tambahan pengetahuan atau wawasan. E-Learning sebagai pelengkap berfungsi
untuk melengkapi materi yang diberikan kepada peserta didik di dalam kelas.
Memberikan materi-materi remedial atau materi pengayaan kepada peserta didik.
Dengan tujuan agar peserta didik lebih mudah dalam menguasai materi-materi yang
diberikan oleh pendidik. E-Learning sebagai
pengganti berarti pihak sekolah ataupun kampus memberikan pilihan alternatif
model pembelajaran atau perkuliahan kepada peserta didik (izzahamdani.wordpress.com.,
2013).
Sehingga pembelajaran elektronik memberikan
banyak sekali manfaat kepada penggunanya, bukan hanya untuk peserta didik
tetapi juga untuk pendidik. Manfaat yang nampak jelas adalah menghemat waktu,
karena waktu pembelajaran dapat dilakukan kapan saja, sesuai kesepakatan antara
peserta didik dengan pendidik. Selanjutnya menghemat biaya pembelajaran.
Peserta tidak perlu membeli buku ataupun mengeluarkan biaya untuk mengikuti
pembelajaran, karena mereka dapat melakukannya dari rumah masing-masing dan
untuk buku ataupun materi, mereka bisa mendownloadnya melalui internet atau
melalui laman yang telah disediakan oleh sekolah atau universitas. Pembelajaran
elektronik juga memungkinkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang
mencakup wilayah yang luas. Jadi pembelajaran tidak hanya terjadi di sebuah
ruangan atau di satu daerah saja, tetapi bisa saja terjadi antar pulau bahkan
negara. Selain itu, E-Learning juga
akan menjadikan peserta didik lebih aktif. Hal ini dikarenakan peserta didik
harus mampu membawa dirinya untuk mampu belajar mandiri. Serta materi yang
telah dibuat oleh pendidik baik guru maupun dosen dapat didistribusikan secara online dengan jaringan internet dan
materi yang telah dibuat tadi dapat dikemas lebih baik dan lebih berstandart
sesuai dengan standart pendidikan nasional Indonesia (Tjahjono, 2005).
Di balik kemudahan dan manfaat yang
ditawarkan oleh sistem E-Learning,
timbul dampak negatif yang dapat mengubah sikap dari para peserta didik. Sikap
hedonisme dan sikap tidak mau bersosialisasi dengan teman-teman serta
lingkungannya. Peserta didik juga menjadi kecanduan dengan gadget dan internet.
Meskipun begitu E-Learning harus
tetap diterapkan di Indonesia. Namun dalam pencanangan sistem E-Learning, Indonesia mengalami banyak
kendala. Mulai dari biaya sampai sumber
daya manusia di Indonesia yang belum
mumpuni.
Kendala Penerapan Sistem
E-Learning
Dorongan penerapan sistem E-Learning di Indonesia dikarenakan
banyak faktor mulai dari keterpencilan, biaya, keterbatasan sarana dan
prasarana pendidikan, serta penyebaran yang tidak merata guru-guru yang mumpuni
terutama di bidang IT (www.kompas.com.,
2013). Meskipun implementasi sistem pembelajaran elektronik penting untuk
dilaksanakan melihat kondisi pendidikan Indonesia yang sangat miris, kita juga
harus memperhatikan kemampuan masyarakat atau instansi yang akan menerapkan
sistem tersebut. Mampukah mereka menerapkan sistem tersebut, bukan hanya
kesanggupan dalam menjawab tetapi kenyataan riilnya. Bila kita telaah lebih jauh
maka sistem E-Learning dalam
penerapannya akan memakan biaya yang sangat banyak. Misalnya untuk melakukan
pembelian perangkat komputer lengkap dengan jaringannya dan pembelian software
yang berlisensi serta perangkat-perangkat lain yang mendukung penerapan sistem E-Learning (Tjahjono, 2005). Biaya yang
banyak tersebutlah yang akan menghambat penerapan sistem E-Learning di Indonesia. Biaya operasional yang banyak terkadang
membuat seseorang atau instansi berpikir dua kali untuk melakukan atau
menerapkan sistem E-Learning tersebut.
Bukan hanya biaya
operasional saja yang menghambat penerapan E-Learning
di Indonesia, tetapi juga budaya. Budaya pendidikan di Indonesia masih sangat
rendah. Contoh konkritnya adalah siswa ataupun mahasiswa sekalipun masih menunggu
perintah dari guru atau dosennya untuk belajar dan mempelajari kembali dari
materi-materi yang telah disampaikan di dalam kelas, kurangnya inisiatif dari
para peserta didik untuk mengembangkan daya pikir mereka serta kreatifitas
mereka dalam pendidikan, mindset
mereka hanyalah yang penting lulus dan dapat ijazah (Tjahjono, 2005).
Faktor penghambat
lain dalam penerapan E-Learning
adalah mengenai teknologi dan infrastruktur di Indonesia. Kita tahu bahwa di
Indonesia belum memiliki teknologi yang secanggih negara-negara lain di dunia.
Apalagi dalam pengadaan infrastruktur untuk menerapkan E-Learning. Bisa dikatakan bahwa teknologi negara Indonesia masih
tertinggal jauh dari negara-negara maju yang lain. Dalam penerapan E-Learning sendiri diperlukan banyak
perangkat pendukung seperti komputer, internet yang lancar, LCD, dan teknologi
lain yang tepat serta teknologi dan insfratruktur yang mendukung penerapan E-Learning itu sendiri. Sementara
instansi pendidikan yang diharuskan menerapkan pembelajaran elektronik sampai
saat ini teknologi dan infrastruktur yang dimiliki sama sekali belum memadai (www.insancreative.com., 2013).
Mungkin untuk
masalah atau penghambat yang satu ini sudah teramat sering dijumpai oleh
masyarakat Indonesia, yaitu mengenai biaya internet yang mahal (www.insancreative.com., 2013). Dengan
biaya internet yang mahal bisa dipastikan bahwa tidak sedikit orang yang akan
mau mengeluarkan biaya mahal untuk pemasangan internet. Mereka pasti memilih
untuk mempergunakan uang mereka untuk membiayai kebutuhan mereka yang lain yang
jauh lebih penting. Masih banyak juga masyarakat yang berpikir bahwa internet
tidak memiliki manfaat yang penting bagi mereka. Hal yang lebih parah adalah
karena biaya internet masih mahal maka banyak instansi pendidikan yang belum
memasang area hotspot/wifi. Memang benar sebagian instansi pendidikan sudah
memasang wifi, namun dalam kenyataannya para peserta didik yang menggunakan
fasilitas tersebut merasa belum puas. Karena pengoperasian dari wifi sendiri
belum maksimal. Sedangkan hal tersebut merupakan salah satu penunjang
terlaksananya program E-Learning.
Penghambat terlaksananya program E-Learning yang lain adalah belum
siapnya SDM yang dimiliki oleh negara Indonesia (www.insancreative.com., 2013). Masih
banyak pendidik yang masih awam dengan program E-Learning terutama pendidik yang lama. Apalagi para pendidik lama
tersebut sebagian besar masih kurang penguasaannya di bidang teknologi komputer
Mereka perlu mendapatkan bimbingan dari seseorang yang ahli di bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Maka dari itu pelatihan dan bimbingan mengenai
teknologi serta pembelajaran berbasis E-Learning perlu dilaksanakan secara
intensif dan kontinyu.
Apabila penulis analisis lebih jauh lagi,
bukan hanya para pendidik saja yang perlu diberikan bimbingan, pelatihan dan
penerangan mengenai teknologi dan elektronik. Tetapi lebih jauh lagi kita arahkan kepada peserta didik. Banyak hal
yang menyebabkan para peserta didik belum mampu untuk menguasai bidang
teknologi komputer dan barang-barang elektronik yang berhubungan dengan hal
itu. Salah satunya adalah wilayah tempat tinggal dari masing-masing peserta
didik yang berbeda-beda. Apalagi jika wilayah tersebut termasuk wilayah
pedalaman yang terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan internet. Selain
itu masalah latar belakang ekonomi keluarga yang belum mampu menyediakan
fasilitas dalam implementasi pembelajaran E-Learning.
Meningkatkan Infrastruktur dan
Teknologi
Berdasarkan berbagai permasalahan yang dapat
menghambat dan bahkan dapat menggagalkan pelaksanaan program E-Learning yang telah dipaparkan di
atas, maka hal yang perlu dilakukan untuk mensukseskan penerapan program E-Learning adalah dengan meningkatkan
dan memperbaiki infrastruktur dan teknologi yang ada di Indonesia, terutama
infrastruktur dan teknologi yang ada di instansi pendidikan yang akan
menerapkan program E-Learning
tersebut. Membangun suatu teknologi informasi yang handal dimana cakupan dari
teknologi tersebut dapat sampai ke seluruh pelosok negeri. Tidak lupa sistem
software yang telah diciptakan tersebut dikembangkan lagi sehingga akan mampu
melayani semua interaksi dalam proses pembelajaran (www.kompas.com., 2013).
Penerapan E-Learning
membutuhkan banyak sekali infrastruktur pendukung seperti komputer, internet,
LCD, dan alat-alat lain yang mampu mendukung terlaksananya program E-Learning. Pengadaan infrastruktur
penunjang tersebut pastinya akan membutuhkan biaya yang sangat banyak. Maka
dari itu pemerintah seharusnya menyediakan dana untuk pengadaan infrastruktur
penunjang yang dibutuhkan tersebut. Sehingga instansi pendidikan tidak merasa
sangat terbebani dengan biaya yang begitu besar. Dengan adanya anggaran dana
yang besar yang disediakan oleh pemerintah untuk pendidikan maka akan
menimbulkan timbal balik yang baik pula untuk Indonesia. Semakin banyak
anggaran untuk pendidikan maka semakin banyak pula sarana dan prasarana
pendidikan yang akan membuat semakin tinggi pula kualitas pendidikan di
Indonesia.
Meminimalkan Biaya Internet
Tidak sedikit orang yang tidak mau
menggunakan dan memanfaatkan program E-Learning
karena masalah biaya yang mahal. Mereka akan berpikir dua kali untuk
mengeluarkan biaya yang semahal itu. Melihat biaya penggunaan internet yang
mahal seharusnya pemerintah mengadakan kerjasama dengan perusahaan
telekomunikasi di Indonesia untuk menyediakan layanan internet yang murah,
khususnya untuk bidang pendidikan. Perusahaan telekomunikasi bisa menyediakan
paket-paket internet yang murah sehingga mampu dijangkau oleh semua kalangan
terutama kalangan dengan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu memasang area
hotspot atau wifi di sekolah-sekolah atau instansi pendidikan lainnya.
Perusahaan telekomunikasi tidak akan
mengalami kerugian apabila mereka memberikan biaya yang murah dalam penggunaan
internet. Justru dengan biaya yang murah tersebut masyarakat akan semakin
banyak dalam menggunakan dan memanfaatkan layanan internet. Banyak masyarakat
yang memakai otomatis keuntungan yang di dapat oleh perusahaan telekomunikasi
juga semakin besar, daripada memberikan biaya yang banyak namun sedikit
pemakainya. Denga biaya yang murah, ketersediaan wifi atau hotspot serta
jaringan yang lancar maka setidaknya sudah cukup membantu dalam penerapan
sistem E-Learning.
Peningkatan Pendidik dan Peserta
Didik
Kendala lain dalam penerapan E-Learning di Indonesia adalah sumber
daya manusia yang masih kurang kemampuannya dalam teknologi komputer dan
memahami benar bagaimana sistem E-Learning
tersebut. Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah pendidik dan peserta
didik, kedua hal tersebut merupakan komponen utama dalam penerapan sistem E-Learning maka dari itu perlu
peningkatan kualitas baik dari pendidik maupun peserta didik. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka, dapat dimulai dengan
diadakannya sosialisasi tentang pendidikan berbasis E-Learning di sekolah-sekolah atau instansi pendidikan yang lain.
Tujuannya adalah agar dua komponen tersebut memahami benar apa itu E-Learning, manfaat yang diperoleh dari
pendidikan yang berbasis E-Learning
dan tentunya apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan sistem tersebut. Jika
kedua komponen tersebut telah mengetahui hal tersebut maka ketika mereka akan
melaksanakan tidak akan bertanya-tanya lagi apa itu E-Learning dan bagaimana pelaksanaannya. Hal ini dingkapkan pula
oleh Budiyono, Heri Triluqman BS, dan Rafika Bayu K. (2008) bahwa :
Langkah-langkah pengembangan sistem
pembelajaran online dengan (1) memberikan keterampilan pengembangan dan
pengelolaan sistem pembelajaran online kepada guru sebagai bekal untuk
mengembangkan dan mengelola pembelajaran online, (2) melakukan pendampingan dan
pembimbingan kepada guru untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran online.
Peningkatan SDM
dari segi pengajar atau pendidik dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
dalam bidang IT, agar mereka lebih menguasai teknologi informasi dan komunikasi
dan penerapannya. Masih banyak pendidik yang masih gagap teknologi terutama
pendidik lama, meskipun sudah mengenal namun untuk melaksanakannya mereka masih
enggan karena merasa sudah terlalu tua untuk belajar lagi. Selain memberikan
pelatihan, pengajar atau pendidik juga perlu dilatih kekreatifitasannya dalam
menyampaikan dan mengembangkan materi-materi yang bersifat E-Learning. Pendidik tidak hanya menerima jadi materi kemudian
disampaikan kepada peserta didik, namun juga harus mampu membuat materi pembelajaran
sendiri dengan menggunakan teknologi komputer bukan hanya dalam bentuk buku print out. Setelah itu dalam penyampaian
materi, pendidik juga harus mampu menyampaikannya dengan menggunakan alat elektronik
seperti komputer, laptop, internet, LCD Proyektor dan menggunakan aplikasi presentasi.
Sehingga akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih menarik.
Sedangkan untuk
meningkatan penguasaan peserta didik dalam melaksanakan program E-Learning, mereka juga harus
membiasakan diri mereka untuk mampu belajar mandiri dengan menggunakan
teknologi atau sarana dan prasarana yang sudah ada seperti komputer, laptop,
internet, LCD, dan lain-lain. Diharapkan dengan kemandirian mereka dalam
belajar secara tidak langsung akan meningkatkan keterampilan dan
kekreatifitasan mereka. Selain itu peserta didik juga dituntut untuk dapat
memperoleh informasi yang up to date dengan
sendirinya tanpa harus mendapatkannya dari pengajarnya. Sehingga peranan
pendidik akan berkurang, meskipun begitu pendidik harus mampu mengontrol dan
mengawasi proses belajar peserta didiknya apakah mengalami peningkatan atau
justru penurunan dalam prestasi. Maka dari itu antara peserta didik dan
pendidik harus terjalin komunikasi. Tidak ada alasan yang membernarkan bahwa
akan sulit melakukan komunikasi tersebut. Sekarang zaman semakin maju apalagi
dalam bidang komunikasi. Interaksi antara pendidik dan peserta didik ini dapat
dilakukan melalui email, sms, chatting,
social media seperti Facebook,
Twitter, dan masih banyak lagi.
Pengoptimalan interaksi Face to Face
Sebuah interaksi yang
terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya terjadi antara pendidik dan
peserta didik saja, tetapi juga antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lainnya. Untuk dapat menumbuhkan interaksi antara peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran khususnya E-Learning,
kita harus memberikan motivasi untuk mampu belajar secara mandiri dari
dalam peserta didik itu sendiri. Karena tanpa motivasi dari diri peserta didik
sendiri maka tidak akan berjalan secara optimal. Dalam sistem pembelajaran ini
peserta didik dituntut untuk mampu belajar mandiri, proaktif, dan aktif, maka
dari itu sebagai pendidik selain memberikan motivasi secara umum pendidik juga
dituntut untuk mampu menumbuhkan motivasi dari peserta didik sendiri. Sehingga
peserta didik akan merasa bahwa sistem pembelajaran E-Learning yang diterapkan menyenangkan dalam kegiatan belajar
mereka.
Interaksi tatap
muka (face to face) tidak hanya
terjadi di dalam kelas nyata (real
classroom) saja melainkan dapat pula terjadi pada kelas maya (virtual classroom). Contoh dari
interaksi tatap muka pada kelas maya adalah Synchronous
dan Asynchronous. Synchronous adalah interaksi dimana
seorang pendidik dan peserta didik melakukan interaksi yang berada dalam ruang
dan waktu yang sama, sedangkan Asynchronous
adalah interaksi dimana pendidik dan peserta didik tidak berada dalam ruang dan
waktu yang sama. Meskipun demikian proses belajar dan mengajar tetap dapat
berjalan dengan baik. Selain itu agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih
efisien dan efektif serta menarik, dapat digunakan sistem Blended Learning.
Blended Learning adalah proses pembelajaran
yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara sistem pembelajaran tatap muka (face to face) dengan sistem
pembelajaran berbasis komputer. (id.wikibooks.org., 2013). Blended Learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses
pembelajaran dan juga memberikan kemudahan untuk melakukan diskusi di dunia
maya serta Blended Learning juga
menawarkan kemudahan dalam memberikan umpan balik kepada peserta didik yaitu
dengan menggunakan pembelajaran berbasis web. Contoh dari sistem Blended Learning adalah video conference. Dengan adanya
pembelajaran berbasis web, peserta didik dapat mempublikasikan karyanya ke
dalam web tersebut. Selain dengan Blended
Learning, untuk dapat mengoptimalkan sistem face to face para pendidik juga harus menerapkan sistem belajar
yang didalamnya dibutuhkan kerjasama dan diskusi antar peserta didik yaitu
dengan Learning Together Diskusi
Kelompok dan Proyek Kelompok (Slavin, 2009).
Apabila kita kembali pada tujuan pendidikan
sendiri, maka yang menjadi tujuan utama dari kegiatan pembelajaran adalah bukan
hanya mendapatkan ilmu dan nilai, tetapi lebih untuk melatih kita mampu
berinteraksi dan bersosialisai dengan orang lain di lingkungan kita. Kita mampu
berkomunikasi dengan mereka serta melakukan diskusi bersama-sama. H. Soedijarto
mengatakan bahwa :
Untuk itu Komisi Internasional Unesco untuk
memasuki abad ke-21 merekomendasikan empat pilar belajar yaitu (1) learning to know; (2) learning to do; (3) learning to live together; (4) learning
to be.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah untuk hidup bersama dengan orang lain,
bukan hanya hidup secara individual. Kembali kepada sistem E-Learning tadi, kenapa sistem tatap muka (face to face) dan sistem Blended
Learning perlu dilakukan karena untuk tetap menjaga kewajiban manusia yang
hidup sebagai manusia sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri dan
memerlukan bantuan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Dengan meningkatnya
aspek interaksi dalam proses pembelajaran ini, maka akan mengoptimalkan semua
aspek interaktivitas dalam proses pembelajaran E-Learning ini.
Penutup
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan
secara panjang lebar dia atas tadi diharapkan pemerintah maupun instansi
pendidikan dapat segera mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Apakah akan tetap melanjutkan
penerapan E-Learning atau tidak.
Bukan hanya dari pemerintah dan instansi pendidikan, namun dari sumber daya
manusia sendiri yaitu pendidik dan peserta didik juga harus ikut andil dalam
keputusan tersebut. Jika mereka semua menginginkan tetap terlaksananya
penerapan E-Learning maka mereka
harus bergotong royong saling mendukung satu sama lain agar terlaksanya sistem E-Learning. Karena sistem E-Learning ini akan dapat memberikan
keuntungan yang banyak bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah
Indonesia harus mau menyediakan dana untuk menunjang peningkatan pendidikan di
Indonesia baik, meningkatkan sistem pendidikan Indonesia yang mampu bersaing di
kancah internasional, memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesia,
meningkatkan infrastruktur dan teknologi yang mampu mendukung penerapan sistem E-Learning. Sedangkan sekolah-sekolah
atau instansi pendidikan lainnya juga harus memperbaiki sarana dan prasaran
serta infrastruktur yang dirasa masih kurang untuk menunjang sistem E-Learning. Tidak lupa juga meningkatkan
teknologi dalam kegiatan pembelajaran.
Bagi pendidik dan
peserta didik harus meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan di bidang IT.
Kedua komponen ini harus mampu berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi.
Karena kedua komponen ini, pendidik dan peserta didik adalah komponen yang
penting dalam penerapan sistem E-Learning.
Tanpa adanya kemampuan yang mumpuni
dari mereka, maka apalah jadinya sistem E-Learning.
Selain itu peningkatan dalam interaktivitas face
to face antara pendidik dan peserta didik serta antara peserta didik dengan
peserta didik yang lain.
Referensi
Bacon, A. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan
Praktik. Cetakan III. Terjemahan Lita. Bandung: Nusa Media.
Budiyono, Santoso, H.T.B., & Kusumandari, R.B. (2008). Pelatihan Pengelolaan Pembelajaran Online
(e-learning) bagi Guru SMP se-Kota Semarang. Semarang: FIP-UNNES.
Hamdani, I. (2013). E-learning.
Diunduh dari http://izzahamdani.wordpress.com/tag/sejarah-e-learning/, pada 9 oktober 2014.
Kompas. (2013). Boediono
Dorong Penerapan “E-Learning”. Diunduh dari http://edukasi.kompas.com/read/2013/09/03/1256460/Boediono.Dorong.Penerapan.E-Learning,
pada 6 Oktober 2014.
Kompas. (2010). “E-Learning”
dan Erupsi Merapi. Diunduh dari http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/18/10515120/.E-Learning.dan.Erupsi.Merapi,
pada tannggal 6 Oktober 2014.
Kompasiana. (2013).
Rizki Zulfitri : E-learning : Guru,
Siswa, dan Teknologi. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/18/e-learning-antara-guru-siswa-teknologi-620427.html,
pada tanggal 6 Oktober 2014.
Nurmalasari, E. (2013). Tipe-Tipe
E-Learning. Diunduh dari http://evynurmala-network.blogspot.com/2013/05/tipe-tipe-e-learning.html,
pada tanggal 11 Oktober 2014.
Purnomo, W. (2009). Perkembangan
E-Learning di Indonesia. Diunduh dari http://wahyupur.wordpress.com/2009/10/19/perkembangan-e-learning-di-indonesia/,
pada11 Oktober 2014.
Santoso, H.T.B. (2013). Pengembangan
E-Learning. Yogyakarta: Deepublish.
Soedijarto, H. (2007). Pendidikan yang “Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia”. Jakarta: Kompas.
Tempo. (2004). UU RI No.20 Thn.2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Diunduh dari http://tempo.co.id/hg/peraturan/2004/03/31/prn,20040331-09.id.html,
pada tanggal 6 Oktober 2014.
Tjahjono, H. (2005). E-Learning
dengan E-Book Sebagai Alternatif Pembelajaran dan Permasalahannya.
Prosiding Seminar Nasional e-Learning 2005. Teknik Elektro Universitas Negeri
Semarang.
Wahid, Z.A. (2013). Permasalah
Seputar E-Learning. Diunduh dari http://www.insancreative.com/2013/12/permasalahan-seputar-e-learning.html, pada 6
Oktober 2014.
Wikibuku. (2014). Pembelajaran
Berbasis Blended Learning. Diunduh dari http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning,
pada tanggal 6 Oktober 2014 .
Wikipedia. (2014). Pembelajaran
Elektronik. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik,
pada tanggal 6 Oktober 2014.
0 comments:
Post a Comment